Lombok Timur benar-benar mendidih. Bukan karena musim kemarau panjang, tapi karena ucapan dan kebijakan Bupati yang semakin hari semakin membuat masyarakat naik pitam. H. Haerul Warisin alias “Bupati Iron” kembali bikin geger dengan pernyataan kontroversialnya: “Suruh saja mereka ribut, TNI saja saya lawan!”
Ucapan itu terlontar saat isu perlawanan masyarakat lewat gerakan GEMPA NTB makin membesar. Bagi rakyat, ini bukan lagi sekadar persoalan pajak, tapi persoalan harga diri.
Padahal, sebelumnya Bupati Iron pernah dengan lantang menyampaikan janji manis: pajak akan dihapus untuk masyarakat miskin. Kalimat yang kala itu disambut tepuk tangan, ternyata kini hanya jadi dongeng politik murahan. Sebab, kenyataan di lapangan justru sebaliknya—turunlah Surat Keputusan Bupati tentang perpanjangan jatuh tempo PBB-P2, yang otomatis memberi lampu hijau kepada tim opjar untuk melakukan penagihan masif.
“Omong kosong! Raos okok Bupati Iron!” tegas salah satu tokoh masyarakat di Lombok Timur bagian selatan. Baginya, kebijakan itu bukan sekadar inkonsistensi, tapi sebuah penghinaan terang-terangan terhadap rakyat kecil yang sudah tercekik ekonomi.
Sementara itu, seorang tokoh politik Lotim tak kalah keras menyindir. Dengan logat tajam ia berkata:
“Dendek loek ntan Pak Iron. Suara Smart lek Lotim cume 23%, sak oposisi 75%. Laun ngamuk masyarakat ndekm taok balakn!”
Ucapan ini menegaskan betapa rapuhnya legitimasi kekuasaan Bupati Iron. Dengan dukungan minim di akar rumput, kebijakan yang memberatkan justru kian memperlebar jurang kemarahan rakyat.
Di lapangan, masyarakat sudah mulai resah. Tim opjar yang melakukan penagihan dianggap preman berseragam, menodong rakyat agar segera bayar pajak meski dapur mereka nyaris tak berasap. Ironis, di tengah janji penghapusan pajak, rakyat malah disuguhi surat penagihan.
Gelombang amarah rakyat ini segera mendapat wadah. GEMPA NTB—Gerakan Menolak Pajak—bersama tokoh masyarakat, tokoh pemuda, hingga beberapa politisi yang selama ini memilih diam, kini kompak menyuarakan perlawanan. Aksi besar dijadwalkan pada bulan September, dengan target mengepung kantor Bupati Lombok Timur.
Pernyataan Bupati Iron yang menantang rakyat, bukannya meredam, justru memicu bara perlawanan. Publik kini menilai ucapan itu bukan sekadar blunder, tapi kesombongan politik tingkat dewa.
Salah seorang tokoh pemuda dan juga korlap GEMPA Kec. Keruak bahkan menyindir:
“Kalau Bupati sudah berani bilang TNI saja dilawan, berarti rakyat ini dianggap apa? Serangga? Mainan? Kita buktikan September nanti, rakyat lebih kuat dari sekadar kata-kata.” ujar Anto dengan nada geram
Kini, Lombok Timur berada di titik krusial. Rakyat terhimpit, tokoh politik panas, pemuda bersatu, dan GEMPA NTB siap meledak. Dan di tengah pusaran ini, Bupati Iron tetap tampil santai, seolah semua ini hanya drama kecil.
Namun satu hal yang pasti: jika benar masyarakat turun ke jalan, maka sejarah baru perlawanan akan tercatat di Lombok Timur. Bupati Iron boleh saja merasa kebal, tapi rakyat punya cara sendiri untuk membuat “besi” karatan.
(Agus_LB)












