Rekam jejak atau bahasa teknologinya dikenal dengan nama jejak digital. Dalam kehidupan ini, manusia lebih cenderung memikirkan dan menfokuskan rekam jejaknya pada dunia yang menginginkan kesuksesan dalam pekerjaan hingga lupa bagaimana caranya sukses dalam akhirat, ingin mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan tersendiri hingga melalaikan tujuan pada akhirat. Padahal, kita semua memiliki sebuah jejak perbuatan yang bisa berpengaruh terhadap segala kehidupan kita, baik jejak tersebut berupa kebaikan ataupun keburukan, seperti di Era Digital ini, semua orang dengan mudah memposting dan berkomentar di media sosial, tanpa melihat dan menjelaskan apakah postingan kelak tersebut berdampak baik ataupun sebaliknya. Sehingga rekam jejak tidak hanya pada kehidupan dunia, namun dalam kehidupan akhirat rekam jejak lebih mengerikan efeknya jika kita melalaikan dan melupakannya. Karena rekam jejak penting, tentu saja dalam Al-Qur’an dan hadis sudah berbicara terlebih dahulu tentang rekam jejak.
Dalam Q.S al-Zalzalah menceritakan tentang hari akhir yang berhubungan dengan bumi.
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?”, Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya.” (Q. S. Al-Zalzalah: 1-5).
Ayat di atas menceritakan tentang rekam jejak yang disampaikan oleh bumi, melalui penekanan dan penegasan Allah SWT. bahwa kejadian goncangan bumi yang akan datang begitu sangat dahsyat yang terjadi di seluruh bumi dan itu sudah pasti terjadi. Bumi mengeluarkan seluruh isi perutnya dan yang menjadi kuncinya yaitu termasuk dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan manusia yang menjadi beban bagi bumi. Sehingga bumi yang dipijak ini merekam semua yang diperbuat manusia dan ketika banyak rekaman-rekaman keburukan yang masuk dalam memori bumi, bumi akan kesal dan marah dan ia meminta kepada Allah SWT. untuk menelan manusia yang ada diatasnya untuk balas dendam.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam membaca (يومئذ تحدث أخبارها) Beliau bersabda, “Apakah kalian tau apa Akhbaraha?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “ Sesungguhnya Akhbaraha (kabar-kabarnya) yaitu (bumi) akan menumpuk pada setiap hamba baik laki-laki atau perempuan atas apa yang telah ia lakukan di atas bumi, bumi tersebut akan mengatakan, ‘Hamba tersebut telah melakukan ini dan begitu pada hari ini dan itu .’” Beliau bersabda, “Dan inilah Akhbaraha (berita-berita nya).” (HR. Tirmidzi, no. 2598, Hadis ini Hasan Gharib).
Hadis tersebut memperkuat dari surat al-Zalzalah ayat 4 bahwa saat itu bumi menceritakan kembali kabar-kabarnya seperti berita baru saja terjadi yang mengingatkan kembali apa yang pernah dilakukan oleh manusia.
Selain bumi menjadi saksi atau perekam jejak, ada yang lebih dekat menjadi saksi apa yang diperbuat manusia, yaitu tubuh diri sendiri, ia yang menjadi rekam jejak dalam menyimpan informasi dan menjadi mesin hitung terhadap apa yang dilakukan manusia. Rekam jejak yang ditorehkan dibumi dan disimpan dalam tubuh, akan berefek pada kehidupan di akhirat, karena tujuan rekam jejak ini untuk memperlihatkan laporan dan hasil amalan-amalan yang diperbuat manusia, semua itu akan diperlihatkan dan diviralkan oleh Allah SWT di Padang Mahsyar. Pada saat itu setiap manusia dikalungkan atau dilabelkan dengan catatan amalan-amalan di leher mereka, secara psikologis dalam kehidupan di dunia ketika manusia melakukan korupsi maka ia akan dicap sebagai tersangka atau pelaku koruptor untuk memberikan efek malu, begitupun sebaliknya ketika manusia melakukan kebaikan maka akan memberikan efek bangga pada dirinya dan inilah secara psikologis Al-Qur’an telah berbicara itu di dalamnya.
Kemudian firman Allah dalam Q.S Yasin: 12 “Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Q. S. Yasin: 12).
Ayat tersebut juga bercerita tentang rekam jejak, ini menjadi penguat dari surat al-Zalzalah yang menjelaskan rekam jejak yang telah dilakukan manusia walaupun telah berlalu dan manusia melupakannya, tetapi pencatatannya akan terus dicatat oleh Allah SWT. Oleh karena itu kita harus menjadi orang baik dan selalu mengajarkan kebaikan. Allah SWT tidak hanya mencatat perbuatan saja tetapi juga mencatat jejak-jejak perbuatan manusia sekecil apapun kebaikan itu, karena Allah mengambil perhatian secara detail tanpa terkecuali, karena dengan itu Allah akan memberikan rahmat-Nya dan jangan abaikan pada perbuatan buruk sekecil apapun karena efeknya akan diperlihatkan dihadapan Allah SWT.
Kesimpulan:
Setiap manusia penting untuk memperhatikan kiprahnya, baik itu kiprah untuk kepentingan dunia atupun untuk kepentingan akhirat. Seringkali manusia lalai dan terlena dengan rekam jejaknya untuk mendukun hisabnya di akhirat. Pada hari pengadilan (Kiamat) semua orang akan di beritahukan bagaimaa rekam jejaknya selama di dunia, rekam jejak tersebut akan menjadi sesuatu yang dipertanggungjawabkan dan menjadi tiket manusia untuk mendapatkan surga Allah.













