Sinagpura Kompasnews ||
Jalur transportasi laut sudah lama diminati masyarakat khususnya kalangan pengusaha yang berkepentingan mengirimkan produknya ke belahan samudera lain. Tak pelak, pelabuhan menjadi fasilitas utama sebagai tempat bongkar muat barang yang penting bagi bisnis tertentu.
Pemandangan kapal-kapal besar yang bersandar dan tumpukan ribuan kargo merupakan hal yang biasa ditemui di pelabuhan-pelabuhan besar. Akan tetapi, pemandangan berbeda mampu disuguhkan Port of Shanghai yang dinobatkan sebagai pelabuhan terbesar di dunia berdasarkan jumlah kargo yang ditampungnya.
Port of Shanghai menangani sekitar 43,3 juta TEUs pada 2019, Shanghai telah mampu mempertahankan posisinya sebagai pelabuhan petikemas terbaik di dunia. Pada Agustus 2019, Shanghai juga dinobatkan sebagai pelabuhan terkoneksi terbaik di dunia oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang didasarkan pada sebagian besar throughtput, efisiensi petikemas, dan inovasi teknologi.
Sempat menyandang status sebagai pelabuhan terbesar di dunia, Pelabuhan Singapura (Port of Singapore) akhirnya harus merelakan posisi puncak tersebut untuk Port of Shanghai, China. Meski tak lagi menduduki peringkat teratas tersebut, tapi Port of Singapore tetap bertahan sebagai pelabuhan terbesar kedua di dunia.
Kini pelabuhan terbesar kedua di dunia tersebut sedang merampungkan pembangunan Pelabuhan Tuas. Pelabuhan Tuas dirancang untuk menangani 65 juta TEUs atau dua kali lipat dari kapasitas pelabuhan yang ada saat ini, yakni 36 TEUs. Dengan dibangunnya pelabuhan Tuas ini, Singapura telah mengukuhkan diri sebagai pelabuhan transhipment dan pelabuhan peti kemas terbesar di dunia dan siap mengambil kembali tampuk kepemimpinan teratas yang saat ini dipegang oleh Port of Shanghai, China.
Pembangunan Tuas Megaport ini, jika nanti beroperasi akan menjadi pelabuhan peti kemas full otomatik terbesar di dunia (Channel News Asia 3/10/2019). Pembangunan Pelabuhan Tuas yang menelan biaya SDG 20 miliar (USD 14.5 miliar), rencananya akan dioperasikan oleh PSA yang ditunjuk sebagai operator pelabuhannya. Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong mengatakan Pelabuhan Tuas merupakan peluang dalam menatap dan memikirkan kembali masa depan dunia pelayaran. Karena pelabuhan ini akan dibangun di atas lahan baru (greenfield), kita dapat membuat desain baru yang lebih baik dan menciptakan inovasi dan fitur-fitur penting yang berkaitan dengan konsep keberlanjutan.
Dermaga pertama Pelabuhan Tuas diharapkan akan mulai beroperasi pada 2021 dan pada 2027 PSA akan memindahkan aktivitas bisnis di terminal Tanjong Pagar, Keppel dan Brani ke Pelabuhan Tuas. Sedangkan untuk lalu lintas di Terminal Pasir Panjang akan dikonsolidasikan ke Pelabuhan Tuas pada 2040. Selain kapasitas 65 juta TEU, Pelabuhan Tuas juga akan memiliki kedalaman hingga 26 m.
Peter Voser, CEO PSA International mengatakan, Tuas merupakan sebuah kesempatan bagi kami untuk menyegarkan dan memvisualisasikan (konsep dan rencana). Dengan menyiapkan fasilitas fisik dan kapabilitas logistik pendukung serta sistem digital terintegrasi, PSA akan memimpin transformasi industri untuk memberi solusi kargo holistik yang lebih baik bagi pelanggan dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan.
Pelabuhan Tuas ini juga dilengkapi dengan derek (crane) otomatis berdaya jangkau 25 kontainer dan daya angkat 55 ton. Sedangkan proses pengangkutan di lapangan penumpukan kontainer dilakukan dengan menggunakan kendaraan tanpa awak yang dijalankan dengan sistem penggerak (drivetrain) listrik dan kemampuan pengereman regeneratif, serta derek gantry yang dipasang di rel otomatis.
Pelabuhan Tuas juga nantinya dilengkapi dengan sistem predictive maintenance (perawatan prediktif) dan smart grid (jaringan sistem tenaga listrik pintar) untuk mengelola konsumsi listrik dan menggunakan gabungan sumber listrik termasuk panel surya dan LNG. Pelabuhan ini disebut sebagai bagian dari Tuas Ecosystem yang lebih luas yang mengintegrasikan industri dan simpul rantai pasok.
Dimana Tuas Ecosystem yang terintegrasi merupakan tahapan bagi Singapura untuk tidak hanya mengkonsolidasikan posisi sebagai hub transshipment, tapi juga memperbarui diri sebagai pusat rantai pasok dan logistik terkemuka di dunia.
Port of Singapore Authority (PSA) Internasional telah mengekspos kinerja tahun 2019 dan CEO PSA group menyoroti investasi yang dilakukan dan langkah ke depan tahun 2020. CEO PSA Group Tan Chong Meng mengatakan 2019 merupakan tahun dimana PSA Group memperluas cakupan bisnis, dilatarbelakangi adanya perang dagang secara global, iklim perekonomian dan berbagai dampak teknologi terhadap bisnis dan masyarakat.
Pada tahun 2019, PSA Internasional mampu menangani petikemas sebanyak 85,2 juta TEUs di seluruh dunia mencakup PSA Singapura dan terminal PSA di luar Singapura.
“Dengan adanya kerjasama beberapa terminal baru seperti DCT Gdansk, PSA Halifax dan Penn Terminal, kami dapat memperluas cakupan konektivitas yang lebih besar untuk menumbuhkan ekonomi baru di Baltik dan Amerika Utara,” imbuhnya.
Perluasan kerjasama dengan beberapa terminal baru diluar Terminal PSA Singapore termasuk di Indonesia yaitu New Priok Container Terminal One (NPCT1) dimana PSA salah satu pemegang sahamnya, perluasan pelabuhan Singapore dengan pembangunan Megaport Tuasnya akan memperluas cakupan konektivitas NPCT1 khususnya peningkatan throughput yang sangat signifikan.
Peningkatan throughput yang pesat, yang di supply oleh Pelabuhan Tuas kepada NPCT1 tidak menutup kemungkinan nantinya akan merubah peta distribusi petikemas yang masuk di Indonesia secara keseluruhan, dimana NPCT1 akan menjadi terminal petikemas terbesar di Indonesia.
dede S (08-07-2023)