Ketapang, Kalbar — Dua hari berlalu, namun harapan untuk bertemu orang nomor satu di Kabupaten Ketapang seolah lenyap disapu angin birokrasi. Empat puluh delapan jam waktu terbuang tanpa kejelasan.
“Tak rotan, akarpun jadi,” ujar Nasrun, salah satu jurnalis lokal, dengan nada getir. Ia memahami benar, menjadi wartawan di daerah bukan sekadar menulis berita — tapi juga perjuangan melawan waktu, cuaca, dan kadang, tembok kekuasaan.
“Tak semudah yang dibayangkan. Banyak tantangan yang kami alami. Salah satunya yang tak akan saya lupakan adalah saat kami harus terhampar di jalan pelang,” lanjutnya, mengingat pengalaman getir di medan liputan.
Di tengah penantian itu, suasana halaman Kantor Bupati Ketapang justru menghadirkan pemandangan yang lebih tenang. Junaidi, Kepala Bagian Umum Setda Ketapang, tampak berdialog santai dengan sejumlah awak media. Di sela perbincangan, tangannya sibuk mengukir bonsai kecil yang tumbuh di halaman kantornya.
“Setiap kali ada waktu senggang, saya mengukir bonsai ini serapi mungkin. Sudah jadi hobi,” ujarnya tersenyum, Senin sore (3/11/2025) sekitar pukul 16.49 WIB.
Sikap terbuka Junaidi mendapat apresiasi dari Ketua DPD GWI Kalimantan Barat beserta jajarannya. Pertemuan singkat itu ditutup dengan foto bersama dan saling bertukar kontak, seolah menjadi jeda hangat di tengah rutinitas liputan yang tak menentu.
Namun tidak semua awak media beruntung menikmati momen itu. Sebagian lainnya hanya bisa menatap kosong ke arah kantor yang sepi. Mereka bukan menunggu berita — mereka menunggu kejelasan. Karena di Ketapang, terkadang berita paling keras bukanlah yang ditulis… melainkan yang tak pernah terjadi.( Tim Media)













