Lombok Timur, 10 Desember 2025 Aliansi Pemuda dan Masyarakat Menggugat (APMM) resmi mengumumkan penundaan aksi besar “Rabu Keramat” yang sebelumnya dijadwalkan pada 10 Desember 2025, dan dipindahkan ke Senin, 15 Desember 2025.
Keputusan ini bukan sekadar perubahan jadwal, melainkan hasil evaluasi mendalam menyusul insiden penghadangan dan ketegangan pra-aksi yang terjadi pada malam Rabu di depan Mapolres Lombok Timur. Situasi tersebut dinilai berpotensi mengganggu keamanan massa serta menggeser fokus gerakan dari substansi tuntutan yang jauh lebih besar: dugaan penyimpangan mega-proyek Gedung BPKB Satlantas senilai Rp 25,7 miliar.
Langit Turut Berdialog: Simbol Spiritual dari Alam
Menariknya, momentum pengunduran jadwal ini seolah disambut langsung oleh alam semesta. Sesaat setelah koordinator aksi mendatangi Mapolres Lombok Timur untuk menyampaikan pemberitahuan resmi, hujan deras turun mengguyur kota.
Salah seorang aktivis APMM mengungkapkan kepada awak media:
“Suara rakyat itu suara Tuhan. Ketika kami turun aksi pada Rabu, 3 Desember lalu, langit mendung tanpa hujan — seakan merestui langkah kami membuka kejanggalan proyek tersebut. Hari ini alam meminta kami menunda, agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.”
Bagi APMM, spiritualitas bukan sekadar simbol. Ia adalah panduan moral yang memperkuat legitimasi gerakan sosial dan memastikan setiap langkah berada dalam jalur etis, konstitusional, dan penuh kehati-hatian.
Evaluasi Serius atas Penghadangan Pra-Aksi
Malam Rabu menjadi titik krusial. Massa pra-aksi dilaporkan mengalami penghadangan oleh aparat keamanan, termasuk dugaan intimidasi terhadap salah satu koordinator lapangan. Peristiwa ini membuat APMM melakukan evaluasi menyeluruh sebelum memutuskan untuk menggeser aksi utama.
APMM menegaskan bahwa aksi yang akan datang harus memenuhi tiga prinsip utama:
- Keamanan seluruh peserta aksi,
- Tidak ada ruang bagi intimidasi,
- Aksi berjalan dalam koridor hukum dan demokrasi.
Aliansi menilai penundaan adalah langkah strategis dan etis untuk memastikan seluruh peserta aksi terlindungi secara fisik, hukum, dan moral.
Penguatan Konsolidasi: Gerakan Tidak Surut, Justru Menguat
Dalam jeda lima hari ini, APMM memastikan konsolidasi dilakukan secara lebih terstruktur:
Melengkapi dokumen dan bukti-bukti hukum, Memperluas jaringan massa dan dukungan publik, menyolidkan barisan pemuda, tokoh lokal, dan masyarakat sipil, menyusun strategi aksi yang lebih terukur dan lebih besar skalanya.
APMM juga menyatakan siap melaporkan dugaan intimidasi aparat ke Propam Mabes Polri serta mengajukan laporan pelanggaran hak sipil ke Komnas HAM.
“Penundaan ini bukan pelemahan,” tegas juru bicara aliansi.
“Ini penajaman strategi. Kami melangkah lebih kuat, lebih sistematis, dan lebih siap memperjuangkan akuntabilitas dana publik hingga tuntas.”
Fokus Utama Tetap: Audit Investigatif dan Transparansi Proyek Rp 25,7 Miliar
APMM menegaskan bahwa substansi tuntutan tidak berubah sedikit pun. Aliansi menginginkan: Audit investigatif menyeluruh, transparansi penggunaan anggaran, tanggung jawab hukum bagi pihak yang terlibat, pengawasan publik agar proyek negara tidak dipermainkan.
APMM menyebut bahwa mereka telah mengantongi sejumlah dokumen valid yang akan dilaporkan secara resmi kepada aparat penegak hukum sebelum aksi besar dilakukan.
Seruan Terbuka untuk Publik
Aliansi mengajak seluruh elemen masyarakat — pemuda, organisasi sipil, akademisi, tokoh desa, hingga masyarakat umum — untuk bergabung dalam aksi pada 15 Desember mendatang.
“Aksi ini bukan sekadar turun ke jalan,” ungkap seorang akademisi pendamping APMM,
“Ini adalah panggilan sejarah untuk menyelamatkan integritas anggaran publik dan menjaga wibawa hukum di Lombok Timur.”
Gerakan Ini Tidak Berhenti — Ia Baru Mengeras
Penundaan aksi “Rabu Keramat” bukan titik lemah, tetapi jeda strategis yang memperkuat legitimasi dan kesiapan gerakan. Dengan latar akademik, narasi spiritual, dan landasan hukum yang kokoh, APMM menegaskan bahwa perjuangan melawan dugaan penyimpangan proyek publik tetap berada di jalur yang sah, cerdas, dan bermartabat.
Gerakan tidak dihentikan hanya ditajamkan. Arah langit telah memberi tanda. Kini giliran rakyat bersuara lebih keras.***
(Tim)













