Sawahlunto.Kompas.co.id
Dalam rangka Aktifasi Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS), Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementeran Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi gelar pertemuan dengan komunitas – komunitas pegiat budaya khususnya yang berhubungan dengan keberadaan WTBOS, bertempat di Ruang Terbuka Hotel Khas Ombilin Sawahlunto (Selasa, 18 Juli 2023).
“Meskipun tidak ada Iven, pertemuan yang diselenggarakan hari ini mempunyai arti penting dalam menentukan berbagai program yang akan digulirkan khususnya dalam mendukung peran serta aktif dari komunitas pegiat budaya berdasarkan informasi atau masukkan dari segenap komunitas yang hadir saat ini” kata Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti mengungkapkan latar belakang penyelenggaraan kegiatan.
“Kami berharap mendapatkan informasi, baik itu dalam hal kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh internal komunitas maupun kerjasama yang dibangun dengan segenap lini termasuk pengalaman yang bapak/ibu temui selama melakukan kegiatan terkait kebudayaan yang berhubungan dengan WTBOS agar dapat kami inventarisir sehingga dari sini kita dapat mengetahui skema atau program apa yang tepat dilakukan untuk komunitas – komunitas terkait” papar Irini.
Ia melanjutkan, hal yang paling mendasar adalah pelindungan. Sementara dalam hal pengembangan tentunya dibutuhkan ruang – ruang ekspresi serta yang tak kalah pentingnya juga adalah regenerasi agar semua itu dapat berjalan secara berkelanjutan.
Irini juga mendorong para pegiat untuk mengikuti program Sertifikasi yang dibutuhkan sebagai bukti kegiatan atau keahlian yang dimiliki termasuk mendaftarkan hasil karya untuk mendapatkan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) milik komunitas terkait.
Kepala Dinas Kebudayaan, Hilmed yang memimpin pertemuan ini mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan segenap potensi yang ada tentunya dibutuhkan perhatian serta dukungan dari pemerintah baik itu tingkat daerah, provinsi dan pusat.
“Kami berharap agenda ini dapat berkelanjutan agar keberadaan seni budaya yang ada dapat tergarap dan dikembangkan secara lebih maksimal oleh komunitas – komunitas yang ada tentunya dengan dukungan kita bersama” kata Hilmed.
Pada sesi diskusi terungkap berbagai kendala yang dihadapi oleh masing – masing komunitas diantaranya dalam hal kelengkapan peralatan inti maupun peralatan penunjang, pendaftaran HAKI serta kesulitan dalam hal pembiayaan guna mendapatkan sertifikasi keahlian yang memang sangat dibutuhkan dan hal lainnya.
Yanto