Generasi Muda dan Gerakan Hijrah: Menyingkap Identitas Agama di Era MilenialOleh, Nayla Afrigani

Daerah
Dilihat 374

Generasi muda selalu dan rentan menghadapi problema di tengah gejolak era modern. Mereka seringkali tergerus pengaruh teknologi yang merusak norma norma tradional dan sosial. Kini pemuda pemudi dapat dengan mudah terpapar trend trend negatif mempengaruhi moralitas mereka sendiri. Trend trend dari media sosial tersebut tidak hanya merusak moralitas, namun dapat juga menekan intelektual dari tiap personal.
Sejatinya generasi muda ialah tumpuan bangsa. Mereka adalah penerus estafet dan roda pemerintahan di masa depan. Tiap pemuda seharusnya dapat menguasai isu isu terkait dengan masyarakat, tidak hanya dalam lingkup lokal tetapi nasional. “Pemuda hari ini ialah pemimpin masa depan”, sering kali pepatah itu di gaungkan, namun apakah memang generasi muda kini dapat menjawab persoalan persoalan yang timbul ketika mereka menjadi pemimpin esok hari, sementara kini para calon pemimpin tersebut hanya fokus pada bagaimana membuat konten fyp di tiktok?
Memang bukan rahasia lagi, pemuda milenial sudah tidak melek pada isu isu agama. Sangat jarang memang ketika generasi muda duduk diskusi dengan obrolan terkait agama. Mereka lebih sering membicarakan tentang lawan jenis, film terbaru, betita olahraga, fashion, musik, dan lain sebagainya. Agama merupakan hal yang sangat asing bagi kaum muda, banyak kasus yang terjadi berasal dari kalangan muda mudi, pemerkosaan, pencabulan, perjudian, pencurian hingga pembegalan, itu semua muncul dari kaum muda. Lalu agama?, itu adalah hal yang asing bagi mereka
Dari data yang dipublish oleh UNESCO, bahwa persentase daya baca kaum muda di Indonesia hanya 0,001℅, bisakah para pemuda yang minim literasi untuk menjadi pemimpin esok hari?
Namun dewasa ini, sudah banyak muncul kelompok kelompok pemuda yang dekat dengan agama. Gerakan muda mudi yang mendakwahkan agama dengan cara khas kaum muda. Munculnya kelompok hijra dan lain sebagainya, menjadi sisi lain dari kaum muda yang di era sekarang jauh dari agama akibar pengaruh teknologi modern.
Rasulullah SAW bersabda, “Aku pesankan agar kalian berbuat baik kepada para pemuda. Sebab, sebenarnya hati mereka itu lembut. Allah telah mengutusku dengan agama yang lurus dan penuh toleransi. Lalu, para pemuda bergabung memberikan dukungan kepadaku. Sementara, orang-orang tua menentangku.”
Pemuda hijrah bisa menjadi wajah baru dalam dakwah kepemudaan dan dapat menjadi sisi milenial dalam dakwah islam. Bagi pemuda hijrah dakwah tidak harus di tempat yang islami, seperti masjid, namun dakwah bisa dimana saja, caranya apa saja dan penyampaiannya dengan cara khas anak muda. Menjadi muslim tidak harus jumud dengan fashion lama dengan berpakaian seperti orang tua, namun muslim fashionable dengan cara mereka sukses membuat kaum muda simpati terhadap gerakan pemuda hijrah tersebut.
Di samping marak dan viralnya gerakan hijrah ini, hendaknya ulama dan tokoh memberi ruang lebih agar kaum muda bisa lebih leluasa dalam dakwahnya. Dan juga ulama harus bisa membersamai dan memantau pergerakan kaum muda tersebut. Sering kali pemuda yang baru insaf dan kembali ke agama terdoktrin dengan pemahaman keagamaan yang salah, sehingga para pemuda menjadi taklit dan fanatis terhadap satu golongan dan satu tokoh saja. Padahal islam itu indah dan terbuka, tidak hanya berporos pada satu tokoh, tapi terbuka bagi setiap orang. Pemahaman doktrin islam murni ini mudah sekali merasuki pemuda yang kosong terhadap pengetahuan agama. Pemuda yang memiliki idealisme tinggi sering mengemukakan pendapat gurunya dan melibas pemahaman di luar itu sebagai pemahaman yang salah.
Penting untuk mensosialisasikan bagaimana agama islam yang rahmatan lil ‘alamin bagi kaum pemuda, agama tidak hanya berkutat pada satu poros, namun agama islam bisa terbuka dan lebih fleksibel terhadap berbagai isu. Menjadi pemuda yang agamis tidak akan melepaskan sisi kepemudaan, tapi justru akan menambah value dari pemuda itu sendiri. Pemuda yang memahami agama serta memiliki wawasan dan pengetahuan yang mendalam pasti akan dapat menjawab berbagai problema yang kompleks di masa depan. Maka itu lah pemuda yang ideal dan yang akan menjadi pemimpin yang bagus di masa depan.
Memang masa muda adalah masa masa labil. Setiap orang akan melewati hal tersebut. Problema yang terjadi hari ini, dimana pemuda yang kurang empati terhadap agama, harus ditanggulangi dengan dakwah yang disampaikan dengan cara sesuai dengan tabiat anak muda. Dengan demikian pemuda akan timbul partisipasi terhadap isu isu keagamaan yang ada. Pemuda hendaknya memiliki sikap adaptuf dan selektif dalam menanggapi perubahan sosial, pengaruh teknologi dan kebudayaan luar yang masuk. Munculnya gerakan hijrah menjadi salah satu dari sekian usaha yang dirintis oleh kaum muda dengan agenda untuk mengajak pemuda pemudi kembali kepada jalan yang seharusnya. Pemuda juga harus diberikan ruang lebih agar bisa leluasa dalam dakwah mereka dan juga harus di pantau lebih jauh agar tidak terasuki oleh doktrin doktrin keagamaan yang menanggap dirinya paling benar dan orang orang diluar itu adalah kaum yang salah.

You might also like