Kompasnews.co.id
Kegiatan penyudahan hari raya di daerah daerah sering kali terjadi namun di mangkumang datar dalam SOKO RAJO GADUMBANG berbeda dengan daerah lain.
Kegiatan halal bihalal ini tidak semudah yang di bayangkan orang perlu proses di lakukan proses adat yang panjang yang harus di ikuti.
Kegiatan diawali dengan rapat awal antara RAJO GADUMBANG dengan Ninik mamak dan cucu kemenakan yang dilakukan di rumah gadang.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meminta persetujuan pada pemangku adat apa bisa acara mabih buko atau penyudahan hari raya itu bisa dilakukan.
Setelah dilakukan ADAT DI ISI LIMBAGO DITUANG maka ketika dapat persetujuan barulah acara bisa di ancang ancang pelaksanaannya.
Kegiatan tersebut sangat di butuhkan peran PEMUDA DAN PEMUDI di dalamnya karna pemuda pemudi adalah pagar nagari dan pelaksana kegiatan perlangsung.
Kegiatan tersebut diawali pada malam pertama duduk dirumah gadang untuk mengisi adat “ADAT DI ISI LIMBAGO DITUANG” dan setelah rapat adat di lakukan maka di lakukan acara hiburan dengan menayangkan ronggeng tradisional.
Acara ronggeng adalah acara tradisional di PASAMAN dan diisi dengan tari piring juga di lanjutkan tari duri salak yang selalu dijaga dan budidayakan sampai sekarang.
Disiang hari pada hari kedua para pemegang Sako atau Ninik mamak dan cucu kemenakan duduk dirumah gadang dan di lakukan lagi berziarah bersama atau barak- arak ke makam RAJO GADUMBANG ,acara tersebut di lakukan bersama cucu kemenakan yang ada di payung PANJI RAJO GADUMBANG.
Setelah melakukan berziarah melakukan makan baradat di rumah gadang.
Dan malam harinya melakukan acara hiburan di lapangan untuk menjalin rasa kebersamaan antara sesama masyarakat cucu kemenakan RAJO GADUMBANG.
Dihari ketiga para masyarakat di wajibkan mengisi adat untuk mengantarkan jamba kemadersah( kemesjid) jamba adalah ( singgang ayam),di mesjid dilakukan badikir atau membaca selawat kepada nabi Muhammad S,A.W
dan juga melakukan makan bersama dan diakhiri dengan doa bersama.
Setelah di mesjid kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan hiburan lagi dengan menayangkan ronggeng tradisional.setelah terlaksananya semua kegiatan maka berakhirlah kegiatan mabi buko(penyudahan hari raya).
Menurut salah seorang Ninik mamak atau orang tua adat kegiatan ini selalu di Budi dayakan sampai turun menurun.
Sesuai dengan pepatah adat” INDAK LAKANG DEK PANEH INDAK LAPUK DEK HUJAN”
kebudayaan adalah aset kita yang harus di jaga supaya tidak hilang dengan masa.ini adalah warisan turun menurun DARI NINIK TURUN KAMAMAK DARI MAMAK TURUN KA MANAKAN.
Dengan adanya kebudayaan yang kental ini menunjukkan kita masih memiliki adat istiadat yang kental yang harus di jaga sampai akhir zaman.
Kami dari media kompasnews.co.id di paparkan oleh seorang warga agar pemerintah memperhatikan kebudayaan yang masih terjaga dengan murni sampai saat sekarang ini.salah satu kebudayaan yang ada di mangkumang datar di bawah payung RAJO GADUMBANG.
Sesuai dengan struktur adat di mangkumang datar susunan waris atau Soko terdiri dari RAJO GADUMBANG.ORANG TUA ADAT.DATUAK BATUAH DAN MAMAK WARIH(MAMAK KAPALO WARIH) terus disini ada juga INDEK BAPAK(IBU BAPO).
Kegiatan tersebut di hadiri oleh anggota dewan DPRD PROPINSI DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN PASAMAN SERTA WALI NAGARI CUBADAK BARAT beserta jajaran.( Kabiro PASAMAN harisman)