Jateng – masyarakat penasaran apa saja yang dilarung dalam prosesi larungan puncak pada hari ini 29 April 2023 di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, selain kepala kerbau sebagai persembahan utama juga dilengkapi dengan berbagai ubo rampe sebagai pelengkap.
kepala kerbau sudah diletakkan di atas replika kapal lengkap dengan berbagai macam macam sesaji.
Kepala kerbau dibungkus dengan kain kafan putih yang melambangkan kesucian.
Replika kapal berukuran panjang 5 meter dan lebar 1 meter ini dihiasi dengan janur kuning dan pernak pernik hiasan lainnya.
Ribuan masyarakat ikut menyaksikan pelepasan replika kapal didalamnya Kepala Kerbau untuk diberangkatkan ke tengah laut untuk dilarung
Pembuat sesaji Suwarno mengatakan “ubo rampe sesaji” sudah diwariskan turun temurun mulai dari almarhum Mbah Badi yang mendapatkan petunjuk langsung dari Mbah Ronggo Mulyo, Mbah Badi adalah juru kunci makam Mbah Ronggo Mulyo.
Tradisi larung sesaji ini kemudian diwariskan kepada anaknya, almarhum Zaenal Arifin mantan Lurah Ujungbatu.
Setelah itu kemudian diwariskan kepada anaknya yang bernama Iskarimah bersama suaminya Suwarno hingga sekarang.
“Ubo rampe ini ada beberapa sesaji antara lain kepala kerbau yang diikat dengan kain kafan putih, ayam dekem, ayam bakar atau bekakak, dan pisang raja setangkep. Juga ada kupat lepet 10 biji, bubur abang putih satu taker, bubur putih satu taker, dan bubur abang satu taker,” kata dia.
Disamping itu ada Nasi Damar Murup sayur tujuh jenis, Nasi Janganan, Nasi Nuk nuk-an berjumlah lima nuk, Telur ayam Jawa dan Bucet, Rujak Degan, Arang arang kambang, Cengkaruk gimbal, jajan pasar, Cengkaruk uro, sayur bening godong kelor, serta parem laut.
Jenis sesaji lain adalah Sawanan, Sambel gepeng, ikan asin/ gereh, kembang boreh, kembang telon, cowek dupo, paso kekep yang berisi beras, gula, kopi, teh, jahe dan tikar pandan sebagai alas semua ubo rampe sesaji.
Menurut Suwarno, untuk penataan sesaji ke dalam perahu dilakukan di rumah almarhum H Zaenal Arifin.
Sedangkan yang membuat perahu adalah Agus Mardiko.
Saat ditanya ada do’a serta laku khusus Suwarno menjelaskan, sesuai wasiat orang tuanya memang ada do’a dan laku.
“Bahkan setelah sesaji tertata, ada ritual membakar kemeyan yang kemudian dikipasi hingga padam. Harapannya asap kemeyan tersebut terbawa angin hingga memenuhi udara Jepara,” kata dia.
Ia juga menjelaskan, sehari sebelum acara pelarungan sesaji diadakan, dilakukan ziarah ke makam Ki Ronggo Mulyo di Ujungbatu dan makam Encik Lanang di Kelurahan Bulu Jepara.
Larungan kepala kerbau sendiri baru dilakukan pada tahun 1920, saat petinggi Ujungbatu dijabat oleh H Sidiq, seorang tokoh kharismatis yang dikenal sangat dermawan.
Bahkan saat ia menjabat petinggi, pajak yang harusnya dibayar warga dibebaskan dan dibayar sendiri oleh H Sidiq.
Ia sangat kaya karena memiliki peternakan kuda di pulau Panjang yang disewa dari pemerintah Hindia Belanda.
Konon H Sidiq adalah sahabat Presiden Soekarno,” Tuturnya ( is )